Saturday, December 20, 2014

Memaafkan dan Mengambil Hikmah



Ada cerita rakyat tentang seekor Kalajengking dan seekor Musang. Pada suatu hari seekor Kalajengking ingin menyeberang kali, kebetulan seekor musang liwat. Kalejengking kemudian meminta si musang untuk menyeberangkan sebuah sungai.

Si Musang berkata, “Oh Tidak, nanti anda akan menyengat saya. “Kalajengking itu memohon.” Tolong Musang, saya tidak akan menyengat anda. Tidak mungkin, “si musang tidak percaya, namu si kalajengking terus menerus memohon minta tolong.
Akhirnya si musang berkata, “Baik, tetapi kamu harus bersumpah dulu untuk tidak menyengat saya.”
Baik musang, saya bersumpah,” Kata kalajengking. Kemudian si musang membawa kalajengking menyeberangi sungai tersebut dan di tengan penyeberangan si kalajengking menyengat si musang. Si musang menjadi lumpuh dan perlahan-lahan tenggelam.
Si musang bertanya keada si kalajengking, “Kenapa kau lakukan itu ?.” Si kalajengking menjawab. “itulah saya, selalu menyengat.”


Kita sebaiknya mampu memaafkan semua orang, tetapi tetap harus cermat dan waspada dengan kelemahan, cacat, keburukan dan kejahatan yang bersangkutan. Contoh : kalau kita menjahit baju keada penjahit yang professional, tapi pekerjaannya sangan kasar dan jelek, kita tentu kecewa dan marah, TETAPI HARUS TETAP MEMAAFKANNYA. Tetapi di lain waktu kita tidak akan mendatanginya lagi untuk menjahit baju.

Kita juga harus mampu memaafkan orang  yang  membohongi dan menipu kita, tetapi sifatnya yang tidak terpuji itu tentu menjadi catatan berharga bagi kita. Kita harus waspada dengan wataknya yang buruk serta hal-hal yang pernah dilakukannya. Orang yang pemaaf bukan berarti dungu. Orang dungu tidak belajar dari pengalaman, dia terlalu membesar-besarkan kejadian atau melupakan semuanya. Jadi kita HARUS SIAP MEMAAFKAN, tetapi juga mampu MENGAMBIL PELAJARAN dan HIKMAH dari kejadian yang kita alami.

No comments:

Post a Comment