Ada cerita rakyat tentang
seekor Kalajengking dan seekor Musang. Pada suatu hari seekor Kalajengking
ingin menyeberang kali, kebetulan seekor musang liwat. Kalejengking kemudian
meminta si musang untuk menyeberangkan sebuah sungai.
Si Musang berkata, “Oh Tidak,
nanti anda akan menyengat saya. “Kalajengking itu memohon.” Tolong Musang, saya
tidak akan menyengat anda. Tidak mungkin, “si musang tidak percaya, namu si
kalajengking terus menerus memohon minta tolong.
Akhirnya si musang berkata, “Baik,
tetapi kamu harus bersumpah dulu untuk tidak menyengat saya.”
Baik musang, saya bersumpah,”
Kata kalajengking. Kemudian si musang membawa kalajengking menyeberangi sungai
tersebut dan di tengan penyeberangan si kalajengking menyengat si musang. Si
musang menjadi lumpuh dan perlahan-lahan tenggelam.
Si musang bertanya keada si
kalajengking, “Kenapa kau lakukan itu ?.” Si kalajengking menjawab. “itulah
saya, selalu menyengat.”
Kita sebaiknya mampu memaafkan
semua orang, tetapi tetap harus cermat dan waspada dengan kelemahan, cacat,
keburukan dan kejahatan yang bersangkutan. Contoh : kalau kita menjahit baju
keada penjahit yang professional, tapi pekerjaannya sangan kasar dan jelek,
kita tentu kecewa dan marah, TETAPI HARUS TETAP MEMAAFKANNYA. Tetapi
di lain waktu kita tidak akan mendatanginya lagi untuk menjahit baju.
Kita juga harus mampu
memaafkan orang yang membohongi dan menipu kita, tetapi sifatnya
yang tidak terpuji itu tentu menjadi catatan berharga bagi kita. Kita harus
waspada dengan wataknya yang buruk serta hal-hal yang pernah dilakukannya.
Orang yang pemaaf bukan berarti dungu. Orang dungu tidak belajar dari
pengalaman, dia terlalu membesar-besarkan kejadian atau melupakan semuanya.
Jadi kita HARUS SIAP MEMAAFKAN, tetapi juga mampu MENGAMBIL PELAJARAN dan HIKMAH
dari kejadian yang kita alami.
No comments:
Post a Comment